Selasa, 31 Agustus 2010

Sikap Muslim Terhadap Penguasa (Bag.2)

Pada kajian Riyadhus Shalihin ini, akan dibahas lanjutan dari bab mengenai sikap kita terhadap pemimpin, penguasa atau pemerintah. Silahkan menyimak.



Hadits No. 666
Dari Anas ra. bahwasanya rasulullah SAW bersabda: “Tunduk-taatlah kalian, sekalipun yang terangkat menjadi pimpinanmu seorang Hubasyiyah yang berkepala seperti kismis.” (HR. Bukhari)
Fawaid hadits:
  1. Wajibnya mendengar dan taat kepada ulil amri terhadap hal-hal yang bukan maksiat. Dan tidak melihat kepada warna kulit dan yang sejenisnya
  2. Sahnya seorang hamba sahaya sebagai Imam dalam shalat
  3. Diharamkan keluar dari penguasa walaupun dia itu zhalim
  4. Imam Bukhari mengambil dalil dari sini tentang bolehnya seorang ahlul bid’ah dan tukang fitnah, sebagai pemimpin (Imam)


Hadits No. 667
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya rasulullah SAW bersabda: “Tunduk-taatlah kalian, kepada pemerintah, baik dirasa berat ataupun ringan; mudah atau sulit; bahkan dalam protes dan berebut pengaruh denganmu.” (HR. Muslim)
Fawaid hadits:
  1. Wajibnya taat kepada ulil amri dalam semua keadaan, selama tidak berbuat maksiat
  2. Nabi memberitahukan bahwa nanti akan ada ulil amri yang mementingkan diri sendiri dengan urusan dunia.


Hadits No. 668
Dari Ibnu Amr ra, Kami bersama rasulullah SAW dalam suatu perjalanan, lalu kami berkemah di tengah jalan. Di antara kami ada yang tengah memperbaiki kemah, ada yang tengah bermain / berlatih memanah, dan ada pula yang tengah menggembala hewan ternaknya. Tiba-tiba terdengar suara panggilan mu’adzin rasulullah SAW, “Mari kita shalat berjama’ah” Maka kami langsung menghampiri rasulullah SAW dan beliau bersabda:
“Sesungguhnya tiada seorang nabi sebelumku, kecuali ditugasi menunjukkan umatnya kepada kebaikan yang diketahui secara nyata, dan mengingatkan mereka agar menghindari bahaya yang diketahui secara nyata pula. Dan sungguh umat ini sudah sejak semula ditetapkan selamat, dan dikenai cobaan dan urusan-urusan yang diingkarinya nanti, juga fitnah, sehingga mengentengkan setengahnya pada setengah yang lain. Kemudian tibalah fitnah dan orang yang beriman berkata: ‘Ini, kemungkinan di sini binasaku’ Kemudian terbebaslah dia darinya (fitnah itu). Lalu tibalah fitnah dan orang yang beriman berkata: ‘Ini, kemungkinan ini binasaku.’ Maka barangsiapa yang ingin bebas dari Neraka, dan dinaikkan ke Surga, hendaklah mati dengan tetap beriman kepada Allah dan hari akhir, dan berbuatlah kepada sesama manusia seperti yang diperbuat kepada dirinya sendiri. Barangsiapa bai’at kepada seorang pemimpin menyanggupi tunduk-taat, maka taatilah sesuai dengan kemampuannya. Dan jika ada pemberontak yang akan merebut kekuasaannya, perangilah pemberontak tersebut!” (HR. Muslim)
Fawaid hadits:
  1. Disunnahkan untuk menyatukan / mengumpulkan umat Islam diatas kebaikan, dan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah menurut pemahaman para sahabat
  2. Nabi-nabi dan rasul-rasul semuanya menunjuki umatnya kepada kebaikan dan mengancam dari kejahatan serta bahaya
  3. Hadits ini termasuk dalil tentang kenabian rasulullah SAW. Yakni mengabarkan apa yang akan terjadi dan benar terjadi
  4. Akhir dari umat ini akan menyimpang dari manhaj yang benar
  5. Orang Mukmin selalu menjaga agamanya dan tetap diatas manhaj yang benar. Maka janganlah dia masuk ke dalam fitnah-fitnah dan janganlh dipengaruhi oleh gelombang kerusakan dan orang-orang yang rusak
  6. Berhias dengan akhlak yang mulia dan tetap berpegang terhadap tauhid akan menjaga seorang hamba dari jeleknya fitnah dan akan diselamatkan dari Jahannam
  7. Wajibnya ta’at kepada Imam dan setia kepada bai’at
  8. Wajibnya memerangi kelompok yang menentang dan tidak taat kepada Imam serta setia memecah belah kaum muslimin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar